(Dari limbah jadi Mutiara)
Pedel (“pe” dibaca seperti membaca kata “sepeda” dan “e” yang kedua dibaca seperti membaca kata “elang”)yaitu, pasir atau serbuk halus batu kapur.
Pada awalnya pedel atau yang oleh orang-orang jawa biasa disebut “Kumbong” adalah serbuk halus yang berasal dari sisa atau limbah proses pembuatan (penggergajian) batu bata putih (jiréng), saat ini pedel mengalami pengembangan arti yang cukup luas. Pedel bukan hanya tepung atau serbuk yang dihasilkan dari sisa penggergajian batu bata putih (jiréng) saja, akan tetapi batu kapur yang sudah hancur atau berupa butiran-butiran kecil juga bisa disebut pedel tanpa melihat proses terjadinya, baik itu karena hasil pengerukan alat berat maupun yang terbentuk dari longsoran gunung kapur.
Melihat proses dan asal kejadiannya pedel ini banyak terdapat di pegunungan-pegunungan dengan jenis batuan kapur yang dijadikan lokasi-lokasi penambangan batu bata putih (jiréng)..........
Dari limbah jadi mutiara !? mungkin terdengar agak ngaco, tapi jika kita melihat dan membandingkan sejarah keberadaan pédel jaman dulu dan sekarang, mungkin kita akan sedikit mengiyakan pernyataan tersebut. Pada mulanya pedel merupakan limbah yang dianggap mengganggu oleh para pengrajin jireng sehingga mereka harus membuangnya dan tidak jarang sampai menyuruh orang untuk membersihkannya. Baru kemudian ada yang berinisiatif untuk memanfaatkannya sebagai urug itupun pemilik lokasi biasanya masih memberi uang lelah kepada para pengangkut. Lama kelamaan pedel menjadi idola baru di dunia urug mengurug dan bukan hanya itu, pedel bukan lagi hanya sekedar material untuk urug jalan maupun bangunan saja, tapi juga mulai merambah dunia industri. Di antara industri yang memanfaatkan pedel sebagai bahan baku antara lain, industri pembuatan pupuk, industri pembuatan cat tembok juga sebagai bahan perekat baja. Bahkan saat ini pedel sudah menembus pasar luar negeri. Itu artinya pedel mengalami “kenaikan kasta”, dan melihat sejarah panjang perjalanan pedel, kayaknya tidak terlalu ngaco jika kita menyebutnya “dari limbah jadi mutiara”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar